SEJARAH

Konon menurut cerita sesepuh/tokoh masyarakat Desa Sidorejo dulunya belum merupakan Desa hanya terdiri dari dua Pedukuhan,yaitu Dukuh Jetis dan Dukuh Plosorejo.

DUKUH JETIS

Dimana Dukuh Jetis adasebagian wilayah yang disebut “Tawang” Konon cerita Tawang adalah sekutu adipaten Jipang Panolan yang berhadapan dengan mataram yang berada di lokasi Tawang, yang letaknya strategis untuk pengintaian daerah sekitarnya, dimana daerah yang diawasi meliputi Klagen,Jimbung dan Ketuwan.Di Tawang tersebut dihuni oleh seseorang yang bertugas menjaga aliran air yang akan dialirkan ke lokasi yang mana lokasi tersebut dinamakan “Sambong Gede” (Karena terdapat gundukan tanah untuk sambong air).

DUKUH PLOSOREJO

Diambil dari nama tanaman dimana pada saat itu tumbuh pohon ploso yang banyak dan rimbun.Pada zaman Jipang Panolan ditempatkannya seorang penggede/punggowo yang bertugas untuk mengawasi dan mengaturjalannya air yang diambil dari gunung Purwo Suci.Untuk menetap disitu penggede harus babat alas/hutan ploso,setelah selesai babat daerah tersebut diberi nama “Plosorejo”.

Baru pada abad ke-19 pada zaman Hindia-Belanda daerah tersebut dijadikan sebuah Desa.Untuk menjadikan wilayah Desa masing-masing wilayah mempunyai permintaan kepada Belanda apabila dalam pemilihan Kepala Desa nanti peserta yang unggul dari wilayah Jetis maka Desa tersebut akan diberi nama “Sidomukti” namun sebaliknya,apabila yang unggul orang Plosorejo agar nantinya tidak terjadi diskriminasi maka dijadikan Desa “Sidorejo” dimana nama Sidorejo adalah perpaduan antara nama Sidomukti dan Plosorejo.Ternyata setelah diadakan pemilihan dimenangkandari peserta Plosorejo, maka ditetapkanlah nama Desa “Sidorejo”.